Bismillahirrahmaanirrahiim,
Tentang penetapan hukum haram pada suatu makanan, minuman atau sejenisnya, tidak diukur dengan pikiran (ra'yu) dan perasaan, tidak juga diukur dengan pengetahuan kita tentang adanya manfaat atau madarat.
Apabila alasan-alasan ini yang menjadi dasar hukum haram, maka akan banyak yang halal menjadiharam dan sebaliknya dengan ketetapan dari kita sendiri. Dengan demikian, hukum halal haram harus berdasarkan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, bukan menurut pikiran kita.
Nabi saw. pun pernah ditegur oleh Allah swt karena melakukan hal demikian.
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللهُ لَكَ تَبْتَغِي مَرْضَاةَ أَزْوَاجِكَ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Wahai Nabi mengapa engkau apa yang telah Allah halalkan hanya karna mengharap kerelaan istri-istrimu dan Allah Maha pengampun lagi Maha Pengasih. Q.s. At-Tahrim : 01
Mengenai himbauan, kami tidak akan melarang apa yang tidak dilarang atau diharamkan. Mengenai hukum makruh itu lebih baik ditinggalkan. Dan hal seperti sudah diketahui oleh seluruh umat Islam.
Di kalangan sahabat Nabi pun dalam pengamalan makruh berbeda-beda, ada yang meninggalkan dan ada pula yang mengerjakan.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم مَنْ أَكَلَ ثُومًا أَوْ بَصَلاً فَلْيَعْتَزِلْنَا أَوْ لِيَعْتَزِلْ مَسْجِدَنَا وَلْيَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ وَإِنَّهُ أُتِيَ بِبَدْرٍ. (قَالَ ابْنُ وَهْبٍ: يَعْنِي طَبَقًا فِيهِ خَضِرَاتٌ مِنْ بُقُولٍ فَوَجَدَ لَهَا رِيحًا) فَسَأَلَ عَنْهَا فَأُخْبِرَ بِمَا فِيهَا مِنْ الْبُقُولِ. فَقَالَ: قَرِّبُوهَا فَقَرَّبُوهَا إِلَى بَعْضِ أَصْحَابِهِ كَانَ مَعَهُ فَلَمَّا رَآهُ كَرِهَ أَكْلَهَا. قَالَ: كُلْ فَإِنِّي أُنَاجِي مَنْ لاَ تُنَاجِي.
Dari Jabir bin Abdulah, ia berkata,”Nabi saw. telah bersabda,’Siapa yang makan bawang putih atau bawang merah, jauhilah kami dan jauhilah masjid kami. Hendaklah ia duduk di rumahnya. Dan bahwasannya dibawakan di Badar – Ibnu Wahab berkata,’Yakni sayuran sejenis makanan dengan sayuran dan bawang, beliau mendapatkan suatu aroma. Lalu bertanya tentangnya, lalu diberitahukan tentang bawang yang ada pada sayuran itu. Beliau bersabda,’Dekatkanlah makanan itu’ Lalu mereka mendekatkannya kepada sebagian sahabat yang hadir bersama beliau. Ketika Nabi melihat (dari dekat) makanan itu, beliau merasa makruh (tidak suka) memakannya. Beliau bersabda,’makanlah, karena aku berbicara kepada yang engkau tidak akan berbicara (Jibril).” H.r. Al-Bukhari, I :292, Muslim,I : 394
Adapun Tentang mengganggu orang lain atau mengotori tempat ibadah itu merupakan hal yang sudah jelas dilarang.
Wallahu A’lam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar